JAKARTA, investor.id - Deputi Gubernur Bank Indonesia (BI) Dody Budi Waluyo mengungkapkan posisi rupiah saat ini menjadi salah satu mata uang terbaik di Asia, khususnya di antara negara-negara emerging Asia.
"Jauh di bawah kita ada Thailand, Malaysia, hingga Singapura yang memiliki depresiasi nilai tukarnya hingga belasan persen, sedangkan kita hanya di kisaran 1,3 sampai 1,6%," kata Dody dalam Webinar bertajuk Presidency G20– Manfaat bagi Indonesia dan Dunia di Jakarta, Senin (6/12).
Ia mengatakan bahwa bank sentral mampu menstabilkan nilai tukar rupiah termasuk saat pandemi Covid-19. Meski level nilai tukar rupiah relatif berubah dan sedikit meninggi volatilitasnya tetap terjaga.
Di sisi lain, ia berharap tekanan inflasi di negara maju seperti Amerika Serikat tidak berdampak pada volatilitas rupiah.
“Ini kami lihat mudah mudahan pass through dari Nilai tukar tidak terjadi kepada kita, mudah-mudahan Indonesia bank sentral bisa terus jaga nilai tukar. Jangan bicara level rupiah kemarin Rp 13.300 (per dollar AS), kemudian besok Rp 13.400. Tapi tolong dilihat volatilitasnya dari sisi pergerakan nilai tukar rupiah,”ujarnya.
Dengan demikian, BI akan terus berkoordinasi dengan Tim Pengendali Inflasi Pusat dan Tim Pengendali Inflasi Daerah untuk menjaga pasokan barang (suplai) disaat permintaan mulai meningkat.
Dengan demikian, inflasi turut bisa terjaga karena produsen di dalam negeri mampu menahan lonjakan harga komoditas domestik, sehingga tidak terefleksikan kepada harga konsumen.
"Dengan demikian, ini strategi kami tanpa harus mengubah kebijakan suku bunga acuan dalam menjaga inflasi, tetapi tetap dilakukan secara cermat," tuturnya.
Editor : Gora Kunjana (gora_kunjana@investor.co.id)
Sumber : Investor Daily
Berita Terkait