

Ketua Himbara dan Dirut Bank BRI Sunarso
Cost of Fund Bank Himbara Masih Tinggi
Primus Dorimulu (primus@investor.co.id) ,Nida Sahara ( nida.sahara@investor.co.id)
JAKARTA, investor.id – Ketua Himbara Sunarso mengatakan bahwa biaya dana (cost of fund/COF) Himbara masih lebih tinggi jika dibandingkan dengan bank swasta, salah satunya PT Bank Central Asia Tbk (BCA). Hal ini terjadi karena komposisi dana murah (current account saving account/CASA) Himbara lebih rendah dibandingkan BCA yang sudah di atas 70% dari total dana pihak ketiga (DPK).
Per September 2020, COF Himbara berada di level 3,28% lebih tinggi dibandingkan COF bank swasta nasional 1,47%. Adapun BTN memiliki COF tertinggi 5,56%, disusul BRI 3,45%, BNI 2,86% dan Mandiri 2,70%.
Himbara adalah kelompok bank yang sangat mendominasi pangsa pasar dari sisi aset, kredit, dan DPK industri perbankan, tapi biaya dana kuartet bank pelat merah masih kalah saing dengan BCA.
“Namun demikian, bank Himbara bukan pemilik cost of fund terendah, itu jadi introspeksi buat kita. Ar tinya kita memiliki keterbatasan untuk price leader di kredit, kita bukan penguasa cost of fund terendah,” ucap Sunarso dalam pertemuan awal tahun dengan para pemimpin redaksi di Jakarta, Rabu (6/1/2020).

Hadir pada pertemuan bertopik “Mencari Solusi Menumbuhkan Kredit” itu Dirut PT Bank Mandiri Tbk Darmawan Junaidi, Dirut PT BNI Tbk Royke Tumilaar, Plt Dirut BTN Tbk Nixon LP Napitupulu, para direksi empat bank anggota Himpunan Bank Milik Negara (Himbara), dan sejumlah pemimpin redaksi.
Menurut dia, bank yang memiliki COF terendah seharusnya diminta untuk menurunkan bunga kreditnya. Setelah itu, baru Himbara bisa ikut menurunkan bunga kredit.

Adapun porsi deposito Himbara lebih tinggi dibandingkan BCA, maka biaya yang dikeluarkan Himbara untuk membayar bunga deposito juga lebih mahal. Ini membuat suku bunga kredit Himbara belum bisa turun dengan cepat.
“Penyebabnya circle, ketika kita jadi driver pertumbuhan kredit, kebutuhan likuiditas tinggi. Likuiditas tinggi bukan dari dana ritel saja tapi dari institusi juga, di Himbara lebih tinggi dari institusi dengan harga yang lebih mahal dari dana ritel,” jelas Sunarso.

Sunarso mengungkapkan, kunci menjadi price leader bukan dari aset tapi dari liabilitas. Jika suatu bank memiliki biaya liabilitas murah, maka sampai puluhan tahun pun bank tersebut bisa bertahan.
“Barang siapa yang dari awal invest di transaction banking, dia akan punya cost rendah. Karena cost murah, bisa berikan kredit murah, maka bisa memilih nasabah yang baik saja, karena nasabah baik saja risiko rendah, CKPN rendah, jadi bentuk struktur cost rendah semua,” urai Sunarso.

Hal tersebut akan berbeda pada bank-bank kecil yang tidak fokus pada transaction banking. Di mana bank kecil mayoritas memiliki porsi deposito lebih tinggi dibanding dana murah, dengan begitu sulit juga bagi bank kecil menurunkan suku bunga kreditnya karena COF tinggi.
Lebih lanjut, Sunarso mengakui bahwa Himbara tidak seburuk itu, meskipun biaya lebih mahal dibandingkan bank swasta terbesar di Indonesia tersebut, biaya yang dikeluarkan Himbara sebenarnya tidak jauh.
Baca juga
https://investor.id/finance/penghargaan-kredit-macet-umk-mendongkrak-kredit
https://investor.id/finance/bni-targetkan-kredit-tumbuh-5
Editor : Gora Kunjana (gora_kunjana@investor.co.id)
Sumber : Investor Daily