

MERGER BANK SYARIAH Baris belakang (kiri - kanan): Direktur Hubungan Kelembagaan BNI Sis Apik Wijayanto, Dirut BRI Sunarso, Dirut BNI Royke Tumilaar, Wamen BUMN II Kartika Wirjoatmodjo, Wadirut Bank Mandiri Hery Gunardi, Wadirut BRI Catur Budi Harto, dan Direktur Bisnis IFG Pantro Pander Silitonga. Baris depan (kiri - kanan): Dirut BNI Syariah Abdullah Firman Wibowo, Dirut Mandiri Syariah Toni EB Subari, dan Dirut BRI Syariah Ngatari setelah menandatangani conditional merger agreement (CMA) di Jakarta, Senin (12/10). (Foto Ist)
MUI: Mega Merger Bank Syariah Bisa Jadi Contoh Bank Lain
Nida Sahara dan Novy Lumanauw
JAKARTA, investor.id - Majelis Ulama Indonesia (MUI) menilai tidak ada isu krusial apapun yang timbul dari merger tiga bank syariah Himpunan Bank Milik Negara (Himbara). Penggabungan usaha ketiga perusahaan ini justru dianggap bisa menjadi model bagi bank-bank lain jika hendak melakukan merger.
Menurut Sekretaris Bidang Perbankan Syariah BPH Dewan Syariah Nasional-Majelis Ulama Indonesia (DSN-MUI) Muhammad Maksum, merger ini tidak menyisakan masalah karena penggabungan usaha dilakukan sesama bank syariah. Catatan krusial baru muncul seandainya merger dilakukan bank syariah dengan bank konvensional.
"Karena yang merger ini adalah sama-sama bank syariah, ibarat orang menikah itu sesama muslim, selesai tidak ada urusan, tidak ada isu. Saya kira penggabungan tiga bank ini akan menjadi model bagi bank-bank lain yang akan melakukan merger atau penggabungan," ujar Maksum dalam keterangan tertulis, Senin (9/11).

DSN-MUI menilai penggabungan usaha ini adalah ikhtiar bagus untuk memperkuat aset dan kekuatan bank syariah yang selama ini masih berdiri sendiri-sendiri. Maksum yakin entitas hasil merger nanti bisa menjadi kebanggaan baru Indonesia.
Pendapat lain disampaikan Dosen Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Ah. Azharuddin Lathif. Dia menganalogikan merger tiga bank syariah dengan ibadah salat berjamaah. Dalam ilustrasinya, Azharuddin menyebut merger PT BRI Syariah Tbk, PT Bank Syariah Mandiri, dan PT BNI Syariah seperti orang yang salat jemaah di musolah milik sendiri.
"Ketiga bank syariah BUMN ini beberapa kali sering bekerja sama tapi di musolah orang lain, karena berjamaahnya ketika melakukan sindikasi misalnya. Kenapa melalui sindikasi? karena kapasitas bank syariah ini kan sangat kecil. Mudah-mudahan setelah merger ini, musolahnya bukan punya orang lain. Salat berjamaahnya di masjid sendiri, musolah sendiri, jadi betul-betul nanti bank syariah akan melejit," ujar Azharuddin.
Menurut Azharuddin, ke depannya bank syariah hasil merger harus menunjukkan komitmen tetap melayani kebutuhan nasabah skala kecil atau pelaku UMKM. Dia mengingatkan agar bank hasil merger tidak justru hanya fokus menyalurkan pembiayaan ke perusahaan-perusahaan besar.
Selain itu, Azharuddin mengaku tidak khawatir terhadap tudingan akan adanya monopoli bisnis syariah pascamerger nanti. Alasannya, merger ini dilakukan oleh BUMN dan saat ini masih ada banyak pelaku industri perbankan syariah lain yang bisa menjadi pilihan masyarakat.
"Beberapa bulan lalu saya membaca pernyataan ketua persaingan usaha sehat yang berkata bahwa itu (merger bank syariah) tidak masuk kategori persaingan usaha, apalagi yang melakukan adalah BUMN. Kemudian saya pernah mendengar statement Menteri BUMN bahwa proses merger ini tidak akan berdampak pada pemecatan karyawan. Jadi jangan khawatir, pekerja tidak akan dirasionalisasikan," jelas dia.

Komitmen bank hasil merger untuk tidak melakukan pengurangan pegawai sebelumnya sudah disampaikan Ketua Tim Project Merger Officer Hery Gunardi. Dia memastikan semua karyawan BRI Syariah, Bank Mandiri Syariah, dan BNI Syariah akan dibawa ke bank hasil merger.
"Karyawan bank terintegrasi ini menjadi satu keluarga besar untuk bersama-sama membangun bank syariah yang besar, kuat dari sisi permodalan maupun aset untuk membawa harumnya nama Indonesia dikancah Internasional dan juga akan membangun kekuatan baru bank syariah di domestik," tutur Hery.
Berdasarkan kalkulasi atas kinerja per Semester I-2020, total aset bank syariah hasil merger mencapai Rp 214,6 triliun dan modal intinya lebih dari Rp 20,4 triliun. Dengan nilai aset dan modal inti tersebut, bank syariah hasil merger akan masuk jajaran 10 besar bank terbesar di Indonesia dari sisi aset, dan 10 besar dunia dari segi kapitalisasi pasar.
Bank syariah hasil merger akan berstatus sebagai perusahaan terbuka dan tercatat di Bursa Efek Indonesia. Pemegang saham bank syariah hasil merger adalah PT Bank Mandiri (Persero) Tbk sebesar 51,2%, PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk 25%, PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk 17,4%, DPLK BRI - Saham Syariah 2 persen, dan publik 4,4%.
Editor : Gora Kunjana (gora_kunjana@investor.co.id)
Sumber : Investor Daily