

Bagian teller BSI (Bank Syariah Indonesia) melayani nasabah di kantor cabang BSI di Jalan S Hasanudin No 57, Jakarta Selatan, Rabu (3/2/2021). Foto: BeritaSatuPhoto/Joanito De Saojoao
Rating Naik Jadi idAAA, BSI akan Agresif Dongkrak Kinerja
Nida Sahara ( nida.sahara@investor.co.id)
JAKARTA, investor.id - PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BSI) mengapresiasi peningkatan rating yang diberikan Pefindo menjadi idAAA dengan outlook stabil. Dengan peningkatan rating tersebut, BSI akan lebih agresif dalam mendongkrak kinerjanya.
Sebelumnya, peringkat yang diberikan Pefindo adalah idAA+ kepada PT Bank BRIsyariah Tbk yang merupakan surviving entity dari penggabungan usaha dengan PT Bank Syariah Mandiri dan PT Bank BNI Syariah yang efektif per 1 Februari 2021 dan menjadi Bank Syariah Indonesia (BSI).
Pefindo menarik peringkat BNI Syariah dan BSM, dimana kedua bank tersebut tidak lagi berdiri sebagai badan hukum yang terpisah dan aset dan kewajibannya dialihkan sepenuhnya kepada BSI. Peringkat terakhir BNI Syariah dan BSM adalah idAA+ dengan outlook positif, yang terkait dengan rencana merger tersebut.

Direktur Utama BSI Hery Gunardi mengapresiasi peningkatan kembali rating perseroan awal tahun ini. Capaian ini menjadi motivasi bagi manajemen untuk terus bekerja keras mewujudkan target yang telah ditetapkan, termasuk mengakselerasi integrasi layanan kepada nasabah dan masyarakat.
"Perusahaan pun akan agresif dalam mendongkrak kinerja pada masa pemulihan ekonomi tahun ini termasuk rencana bisnis jangka menengah. Potensi masyarakat Indonesia yang muslim saat ini lebih dari 200 juta atau terbesar di dunia. Industri halal di 2024 diperkirakan sekitar Rp 4.800 triliun, potensi ini akan kami garap seoptimal mungkin," kata Hery dalam keterangan tertulis, Kamis (11/2) malam.

Analis Pefindo Handhayu Kusumowinahyu mengatakan, pemeringkatan tersebut mencerminkan realisasi merger, yang menciptakan bank syariah terbesar di Indonesia dengan total aset melebihi Rp 214,7 triliun atau setara dengan sekitar 40,4% industri perbankan syariah dan 2,4% industri perbankan per Juni 2020. BSI juga merupakan bank terbesar ke-7 di industri perbankan per November 2020.
Dalam jangka panjang, menurut Handhayu, Bank Syariah Indonesia akan memperkuat profil bisnisnya dengan memanfaatkan jaringan induk usaha, diversifikasi pembiayaan pendanaan lebih baik, serta memperkuat indikator keuangan. "Obligor dengan peringkat idAAA memiliki peringkat tertinggi yang diberikan oleh Pefindo," ucap dia.
Handhayu memaparkan, kapasitas BSI untuk memenuhi komitmen keuangan jangka panjang relatif dibandingkan dengan obligor Indonesia lainnya adalah superior. Instrumen pembiayaan syariah dengan peringkat idAA (sy) hanya sedikit berbeda dari instrumen dengan peringkat tertinggi. Kemampuan emiten untuk memenuhi komitmen keuangan jangka panjang berdasarkan kontrak pembiayaan syariah, relatif terhadap emiten Indonesia lainnya, sangat kuat.
Peringkat tersebut mencerminkan dukungan BSI yang sangat kuat dari pemegang saham utama, posisi yang sangat kuat di segmen perbankan syariah, permodalan yang sangat kuat, serta profil likuiditas dan fleksibilitas keuangan yang sangat kuat. Namun, peringkat tersebut dibatasi sebagian oleh kualitas asetnya yang moderat.
"Peringkat dapat diturunkan jika kami melihat adanya penurunan material atas dukungan dari pemegang saham utama, yang dibuktikan dengan penurunan material dalam kepemilikan atau penurunan kontribusi kepada Induk,” papar Handhayu.

Handhayu berpandangan bahwa pandemi Covid-19 cukup berdampak pada profil risiko industri perbankan syariah. Penurunan bisnis yang substansial di hampir semua sektor telah mengakibatkan lemahnya permintaan untuk pembiayaan dan layanan perbankan lainnya, yang berdampak buruk pada profil profitabilitas bank.
Selain itu, pelemahan ekonomi juga telah melemahkan kapasitas debitur, memberikan tekanan pada kualitas, dan indikator likuiditas. Namun, dia juga melihat bahwa profil permodalan industri perbankan yang baik dan posisi likuiditas yang memadai telah memberikan bantalan yang memadai untuk memitigasi risiko-risiko ini.
Karena itu, Pefindo berpandangan bahwa dampak Covid-19 terhadap profil kredit BSI secara keseluruhan akan tetap terkendali mengingat komitmen kuat dari induk BSI untuk mendukung, posisi yang sangat kuat di segmen perbankan syariah, permodalan yang sangat kuat, dan likuiditas yang sangat kuat dan profil fleksibilitas keuangan.

"Kami juga menyadari eksposur bank yang substansial pada sektor-sektor yang paling terpengaruh oleh Covid-19 seperti perdagangan, transportasi, konstruksi, layanan bisnis dan rumah tangga, yang secara bersama-sama menyumbang di atas 60% dari portofolio pembiayaan bank pada akhir Desember 2020. Pelanggaran pembiayaan di sektor-sektor ini dapat menambah tekanan pada kualitas aset Bank secara keseluruhan. Pefindo akan terus mewaspadai dampak pandemi terhadap kinerja BSI dan profil kredit secara keseluruhan," imbuh dia.
Pada saat yang sama, Pefindo juga menaikkan peringkat Sukuk Mudharabah Subordinasi BSM tahun 2016 yang sebelumnya diterbitkan oleh BSM menjadi idAA(sy) dari idAA-(sy). Dalam jangka panjang, BSI akan meningkatkan profil bisnisnya dengan memanfaatkan jaringan group induk, diversifikasi pembiayaan dan struktur pendanaan yang lebih baik, serta indikator keuangan yang lebih kuat.
Editor : Gora Kunjana (gora_kunjana@investor.co.id)
Sumber : Investor Daily