JAKARTA- Menteri Perhubungan Ignasius Jonan
menyebutkan pencarian dan evakuasi korban berikut badan pesawat AirAsia
QZ8501 yang jatuh pada 28 Desember 2014 menghabiskan dana hingga Rp1
triliun.
"Pencarian AirAsia itu lebih dari Rp1 triliun,"
kata Jonan saat berdiskusi dengan wartawan di Kementerian Perhubungan,
Jakarta, Senin.
Jonan mengatakan Rp1 triliun terdiri dari
dana Kemenhub, Badan SAR Nasional, Komite Nasional Keselamatan
Transportasi serta TNI dan Polri.
Biaya itu dikwemukakan
Menhub menanggapipernyataan salah satu kementerian yang mengklaim bahwa
wisatawan mancanegara turun hingga 15 persen, antara lain dipengaruhi
oleh penutupan rute AirAsia untuk Singapura-Surabaya.
Jonan
mengatakan pernyataan tersebut tidak sesuai dengan data yang dimiliki
oleh Kemhub bahwa sebagian besar penumpang dalam rute tersebut tercatat
berpaspor Indonesia.
"Kalau memang berani menjamin itu
berpengaruh, tulis surat ke saya. Kita ’enggak’ berani kasih izin
sebelum hasil KNKT, kalau kecelakaan siapa yang mau tanggung jawab,"
katanya.
Menurut dia, pemasukan yang dihasilkan dari
kedatangan wisatawan mancanegara tidak sebanding dengan biaya yang
dikeluarkan untuk suatu kecelakaan.
"Penyelamatan AirAsia
lebih dari Rp1 triliun, kecuali kalau pemerintahnya menyatakan standar
keselamatan itu tidak penting," katanya.
Jonan mengatakan
pihaknya baru berani memberikan kembali izin rute tersebut terhadap
AirAsia jika hasil dari investigasi KNKT sudah dirilis.
"Kalau sudah ada ’corrective action’, (kemungkinan) kita akan buka lagi," katanya.
Sebelumnya, CEO AirAsia Tony Fernandes menyatakan bahwa pihaknya
akan kembali mengajukan izin rute AirAsia Surabaya-Singapura karena
permintaan dari para penumpang masih tinggi.
Tony
menjelaskan permintaan tersebut dikarenakan banyak hubungan bisnis,
pendidikan dan pariwisata yang dijalin dari rute tersebut.
Misi pencarian korban dan pesawat AirAsia telah berlangsung hingga
kurang lebih satu bulan dan masih menyisakan duka bagi keluarga yang
ditinggalkan, sedangkan sejumlah negara memuji pencarian dan cepatnya
penanganan terhadap musibah tersebut.(ant/hrb)
Editor : herry barus (herrybarus@yahoo.com.au)