JAKARTA, investor.id - Bank Mandiri memproyeksi inflasi tahun 2022 berpotensi mencapai 4,60% yoy. Target tersebut lebih tinggi dibandingkan dengan target sasaran Bank Indonesia dan Pemerintah pada kisaran 2%-4% yoy.
“Kami memperkirakan, inflasi pada tahun 2022 bisa mencapai 4,60% yoy pada akhir tahun 2022, ini lebih tinggi dari perkiraan semula kami yang sebesar 3,30% yoy,” tutur Ekonom Bank Mandiri, Faisal Rachman dalam keterangan tertulis, Kamis (5/6).
Ia menjelaskan bahwa, tekanan inflasi akan mulai meningkat secara substansial dan fundamental pada semester II-2022. Peningkatan inflasi ini didorong oleh inflasi baik dari sisi permintaan (demand-pull inflation) maupun dari sisi suplai (cost-push inflation).
Dari sisi permintaan, disebabkan pemulihan ekonomi yang terjadi, mobilitas masyarakat yang meningkat sejalan dengan terus dilonggarkannya aturan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM).
Dari sisi suplai, peningkatan inflasi berasal dari peningkatan harga bahan baku, harga energi, maupun harga bahan bakar minyak (BBM).
Lebih lanjut, bila melihat dari sisi komponen pembentuk inflasi, komponen yang paling besar mendorong inflasi umum pada tahun ini adalah inflasi harga diatur pemerintah atau administered prices.
“Karena ada potensi kemungkinan penyesuaian harga diatur pemerintah, seiring wacana peningkatan harga energi bersubsidi seperti harga listrik, LPG 3 kilogram, dan harga Pertalite,” tandas Faisal.
Lebih lanjut, Faisal memperkirakan inflasi April akan melonjak didorong oleh faktor musiman seperti Ramadhan, meningkatkan inflasi makanan, sandang, transportasi, restoran dan rekreasi.
“Indeks harga konsumen (IHK) diperkirakan meningkat lebih kuat sebesar 0,80% pada 22 April, dibandingkan 0,66% pada 22 Maret 2022”ucapnya.
Selain itu, tekanan inflasi juga berasal dari kenaikan tarif PPN yang semula 10% menjadi 11% untuk barang dan jasa non-esensial. Disamping itu, pemerintah juga telah memutuskan untuk menaikkan harga Pertamax (BBM non subsidi) hampir 40% dari Rp 9.000 menjadi Rp 12.500 per liter, menyusul lonjakan harga minyak dunia akibat perang Rusia-Ukraina”tuturnya.
Editor : Frans (ftagawai@gmail.com)
Sumber : Investor Daily
Berita Terkait