JAKARTA, investor.id – Pelemahan pasar saham ternyata dialami sebagian besar negara di dunia akibat berbagai sentimen, terutama soal inflasi, rencana kenaikan suku bunga acuan oleh bank sentral Amerika Serikat yaitu The Fed yang bakal lebih tinggi, serta perang Rusia-Ukraina yang berlarut-larut.
Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI), dari 36 indeks saham di dunia (world indices comparison), hanya 11 indeks yang masih positif secara year to date (ytd) atau sejak 30 Desember 2021 hingga 13 Mei 2022.
Baca juga: Prospek Masih Cerah, Tekanan Jual Saham Teknologi Diperkirakan Sementara
Indeks saham Turki (BIST 100) naik paling tinggi sebesar 30,34% (peringkat 1). Kemudian, indeks saham Arab Saudi (TASI) sebesar 13,77% (peringkat 2), Qatar (DSM) 13,05% (peringkat 3), Chili (IPSA) 9,41% (peringkat 4), dan Uni Emirat Arab (DFMGI) 7,15% (peringkat 5).
Selanjutnya, Kolombia (COLCAP) yang tumbuh 6,72% (peringkat 6), Argentina (MERVAL) 2,42% (peringkat 7), Norwegia (OBX) 2,42% (peringkat 8), Singapura (STI) 2,25% (peringkat 9), Brasil (IBOV) 0,83% (peringkat 10), dan terakhir Indonesia (IHSG) 0,25% (peringkat 11).
Baca juga: Duh, Kapitalisasi Pasar Bursa Turun 7,23%
Sisanya sebanyak 25 indeks saham tercatat minus. Paling parah indeks saham Rusia (INDEXCF) yang minus 39,42% (peringkat 36). Lalu, Polandia (WIG) minus 21,1% (peringkat 35), Vietnam (VN-Index) minus 21,06% (peringkat 34), Austria (ATX) minus 19,92% (peringkat 33), dan Irlandia (ISEQ) minus 17,09% (peringkat 32).
Berikut daftar lengkapnya:


Editor : Jauhari Mahardhika (jauhari@investor.co.id)
Sumber : Investor Daily
Berita Terkait