JAKARTA, investor.id – Indeks harga saham gabungan (IHSG) sepekan ke depan diprediksi melanjutkan penguatan dengan proyeksi paling tinggi mencapai level 7.000. Pergerakan indeks akan dipengaruhi oleh rilis suku bunga acuan Bank Indonesia (BI), kebijakan moneter Amerika Serikat (AS), hingga kebijakan dibukanya kembali ekspor minyak sawit mentah (crude palm oil/CPO).
Direktur Asosiasi Riset dan Investasi Maximilianus Nico Demus mengatakan, sepekan terakhir, IHSG mulai menunjukan ritme penguatan. "Bukan tidak mungkin apabila sentimen sepekan ke depan mendukung indeks bisa kembali melanjutkan penguatan hingga menembus level 7.000," jelasnya kepada Investor Daily.
Baca juga: Target Harga Saham Fantastis, Se-prospektif Apa WIR Asia (WIRG)?
Nico mengharapkan hasil pertemuan Bank Indonesia bisa membawa indeks membawa kembali pada ritmenya menuju 7.300. Meski demikian, investor tetap perlu memperhatikan peralihan pandemi menjadi endemi masih berlangsung yang masih berisiko meningkatkan ketidakpastian. Faktor global yang juga mempengaruhi pasar yakni kembali diberlakukan lockdown di Tiongkok merupakan salah satu gambaran bahwa Covid-19 masih ada.
Ia juga mencermati kenaikan harga. Apabila kenaikan harga yang terjadi sudah tidak bisa diatasi oleh masyarakat akan menjadi kekhawatiran karena beresiko memperlambat pemulihan ekonomi yang sedang berjalan.
Baca juga: Bank Neo (BBYB) Tumbuh Paling Cepat, Sahamnya bakal Ngebut?
"Sektor yang akan berangsur pulih tentu saja saham saham seperti consumer non-cyclical, perbankan, transportasi dan logistik, dan komoditas. Perhatian selanjutnya adalah, sejauh mana kita mampu untuk menghadapi ketidakpastian di pasar dan menunggangi volatilitas di pasar, maka sejauh itu pula kita bisa menjaga proses pemulihan untuk bisa selesai dan fundamental ekonomi Indonesia juga menjadi salah satu kunci kita bisa melewati proses tersebut," ujarnya.
Editor : Jauhari Mahardhika (jauhari@investor.co.id)
Sumber : Investor Daily
Berita Terkait