SUMATRA UTARA, investor.id – PT Kencana Energi Lestari Tbk (KEEN) memproyeksikan realisasi belanja modal (capital expenditure/capex) sebesar US$ 500 juta hingga 2025. Hal itu seiring ekspansi proyek pembangkit listrik tenaga air (PLTA) dengan kapasitas 200 megawatt (MW).
Proyek tersebut terdiri atas tiga PLTA, yaitu PLTA Pakkat 2 di Sumatra Utara berkapasitas 35 MW, PLTA Kalaena di Sulawesi Selatan 75 MW, dan PLTA Salu Uro di Sulawesi Selatan 90 MW.
“Sekitar 70% capex berasal pembiayaan, sisanya 30% dari modal. Kami terbuka dengan segala macam sumber pendanaan, termasuk rights issue. Tapi, kami tidak terburu-buru soal itu (rights issue),” kata Vice President Director Kencana Energi Lestari, Wilson Maknawi, kepada Investor Daily di sela kunjungannya ke PLTA Pakkat 18 MW di Pakkat, Humbang Hasundutan, Sumatra Utara, baru-baru ini.

Menurut Wilson, dalam membangun PLTA, biaya yang dibutuhkan untuk 1 MW sekitar US$ 2,5-3,5 juta. Saat ini, Kencana Energi melalui anak usahanya, PT Energy Sakti Sentosa, mengoperasikan PLTA Pakkat 18 MW dengan skema BOOT (build, own, operate, and transfer) selama 30 tahun. PLTA ini beroperasi secara komersial sejak 31 Januari 2018.
Perseroan melalui anak usahanya, PT Bangun Tirta Lestari, juga mengoperasikan PLTA Air Putih 21 MW di Lebong, Bengkulu. Pun, dengan skema BOOT selama 30 tahun. PLTA ini beroperasi secara komersial sejak 22 Januari 2020.
“Selain itu, PLTM Madong 10 MW juga sudah beroperasi sejak 25 Maret 2022,” ungkap Wilson. Pembangkit listrik tenaga minihidro ini berlokasi di Toraja Utara, Sulawesi Selatan. Skemanya build, own, operate (BOO) selama 20 tahun oleh anak usaha perseroan, yaitu PT Nagata Dinamika Hidro Madong.

Di sisi lain, Kencana Energi melalui anak usahanya, PT Energy Karya Persada, mengoperasikan pembangkit listrik tenaga biomassa (PLTBm) Tempilang 5 MW di Bangka Barat, Bangka Belitung. PLTBm dengan skema BOOT selama 25 tahun ini beroperasi secara komersial sejak 5 Juni 2018.
Adapun PLTM Ordi Hulu 10 MW di Sumatra Utara sedang dalam konstruksi. Dengan demikian, total kapasitas pembangkit listrik energi terbarukan (renewable energy) yang dikelola perseroan menjadi 64 MW. PLTM Ordi Hulu ditargetkan rampung pada kuartal II-2024.
Tahun ini, Kencana Energi menargetkan pendapatan sebesar US$ 41,4 juta dan laba bersih US$ 14 juta. Pada 2023, perseroan mulai membidik lompatan kinerja, dengan target pendapatan US$ 145,8 juta dan laba bersih US$ 62,6 juta.
Selanjutnya, pada 2024, pendapatan ditargetkan mencapai US$ 266,9 juta dan laba bersih US$ 113,9 juta. Kemudian, pada 2025, pendapatan diproyeksikan sebesar US$ 412,9 juta dan laba bersih US$ 175,1 juta.

“Pendapatan dan laba bersih melonjak karena PLTA Pakkat 2 mulai dibangun dan sisa konstruksi yang diakui pada 2023,” jelas Direktur Kencana Energi Lestari, Giat Widjaja.
Dia menambahkan, perseroan akan ekspansi total 500 MW dari portofolio saat ini yang sebesar 64 MW. Dari ekspansi 500 MW tersebut, sebesar 200 MW ditargetkan terealisasi hingga 2025. “Capex sampai 2025 sebesar US$ 500 juta. Itu konservatif,” ujar Giat.

Sementara itu, masuknya Investor asal Jepang, TEPCO Renewable Power Inc sebagai pemegang saham sangat berdampak positif bagi Kencana Energi, terutama terkait konstruksi, engineering, hingga transfer teknologi.
TEPCO telah mengakuisisi 25% saham Kencana Energi. Nilai akuisisi mencapai Rp 394,12 miliar. Melalui kesepakatan akuisisi tersebut, TEPCO resmi memilih Kencana Energi sebagai afiliasi dalam pengembangan energi baru dan terbarukan (EBT) di Indonesia.

Editor : Jauhari Mahardhika (jauhari@investor.co.id)
Sumber : Investor Daily
Berita Terkait