JAKARTA, investor.id – Indeks harga saham gabungan (IHSG) pada Kamis (30/12) atau hari terakhir perdagangan tahun 2021 ditutup melemah 19,1 poin (0,29%) ke posisi 6.581,4. Meski demikian, dalam 10 tahun terakhir, IHSG lebih banyak ditutup menguat pada hari terakhir perdagangan.
Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI), dalam 10 tahun terakhir atau sejak 2011, tujuh kali IHSG mampu bertengger di zona hijau saat penutupan perdagangan akhir tahun. Dengan demikian, hanya tiga kali IHSG terperosok di zona merah.
Kenaikan IHSG ketika penutupan perdagangan terjadi pada tahun 2011 (+0,3%), tahun 2012 (+0,8%), tahun 2013 (+1,5%), tahun 2014 (+0,9%), tahun 2015 (+0,5%), tahun 2017 (+0,7%), dan tahun 2018 (+0,1%).
Baca juga: 12 Saham Big Cap Beri Keuntungan Besar selama 2021
Sementara itu, penurunan IHSG saat penutupan perdagangan terjadi pada tahun 2016 (-0,1%), tahun 2019 (-0,5%), dan tahun 2020 (-0,9%). Data tersebut sekaligus menunjukkan bahwa IHSG sudah tiga kali turun secara berturut-turut pada hari terakhir perdagangan selama 2019-2021.
Head of Equity Research BNI Sekuritas Kim Kwie Sjamsudin mengungkapkan, kinerja IHSG pada Desember 2021 lebih rendah dibandingkan periode yang sama selama 20 tahun terakhir, yang biasanya membukukan kenaikan rata-rata sebesar 4%. “Ini disebabkan oleh dua faktor utama, yaitu valuasi IHSG saat ini yang tidak semenarik tahun-tahun sebelumnya dan kemungkinan The Fed yang akan agresif menaikkan suku bunga acuan pada 2022,” jelas dia.
Baca juga: Saham-saham Paling Cuan 2021, Harganya Naik di Atas 1.000%
Sementara itu, tahun depan, kalangan analis yakin IHSG bakal lebih baik dibandingkan 2021. Pengamat pasar modal dari Asosiasi Analis Efek Indonesia (AAEI) Reza Priyambada memproyeksikan pertumbuhan IHSG pada 2022 bisa mencapai 12-15%.
“Pertumbuhan tersebut tergantung pada kondisi yang terjadi di tahun depan. Bisa juga dimungkinkan adanya momen-momen dimana pertumbuhan IHSG lebih dari 12%-15% tergantung dari sentimen yang ada,” tutur Reza.
Menurut dia, sentimen yang bakal mempengaruhi pergerakan IHSG pada tahun depan selain berasal dari tapering The Fed, juga perubahan data-data makro, harga komoditas, dan sentimen industri. "Untuk sektor, saya melihat sektor digital, perbankan, konsumer, otomotif, sampai properti akan prospektif dengan asumsi konsumsi masyarakat kian pulih," ujar Reza.
Editor : Jauhari Mahardhika (jauhari@investor.co.id)
Sumber : Investor Daily