JAKARTA, investor.id - Di samping terkait anggaran program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) di tahun 2022, pelaku pasar juga akan menunggu alias wait and see hasil dari Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia (BI) yang diselenggarakan pada hari ini (19/1) sampai Kamis esok (20/1). Adapun pasar akan merespons keputusan terkait suku bunga acuan BI.
Dalam perdagangan sore ini, rupiah ditutup melemah 28 poin walaupun sebelumnya sempat melemah 40 poin di level Rp 14.364 dari penutupan sebelumnya di level Rp 14.336. “Sedangkan untuk perdagangan besok, mata uang rupiah kemungkinan dibuka berfluktuatif namun ditutup melemah di rentang Rp.14.340 - Rp.14.400,” ujar Direktur PT TRFX Garuda Berjangka Ibrahim Assuaibi dalam risetnya, Rabu (19/1).
Baca juga: Tren Pelemahan Rupiah Diprediksi Masih Akan Berlanjut
Pemerintah melalui Kementerian Keuangan (Kemkeu) mengalokasikan anggaran sebesar Rp 455,62 triliun untuk program PEN di tahun 2022. Jumlah anggaran ini turun dari tahun 2021 yang mencapai Rp 744,77 triliun dan terealisasi sementara sebanyak Rp 658,6 triliun.
Anggaran PEN tersebut akan dialokasikan untuk kesehatan sebanyak Rp 122,5 triliun, perlindungan sosial Rp 154,8 triliun, dan penguatan ekonomi Rp 178,3 triliun. Sedangkan anggaran untuk kesehatan akan tetap berfokus pada vaksin yang perlu diselesaikan. Selain itu, perawatan rumah sakit di tahun lalu masih besar akibat dari merebaknya varian delta.
Selain itu, alokasi kesehatan di PEN ini under budgeting karena realisasinya yang akan naik apabila terjadi peningkatan kasus. Sementara itu, untuk vaksinasi menurutnya relatif bagus, karena realisasinya yang rendah, karena hibah.
Dari sisi eksternal, dolar naik pada Rabu pagi di Asia, dengan kenaikan imbal hasil AS mendorongnya kembali di atas level support yang belum tercapai dalam beberapa bulan terakhir. Karena ekspektasi kenaikan suku bunga yang lebih cepat dari perkiraan.
Investor bersiap untuk keputusan kebijakan Federal Reserve AS berikutnya, yang akan dijatuhkan pada 26 Januari. Bank sentral diperkirakan akan mengambil langkah-langkah yang lebih agresif untuk mengekang tingkat inflasi yang terus tinggi.
Dengan Federal Reserve AS yang akan menurunkan keputusan kebijakannya pada minggu berikutnya, investor khawatir tentang langkah hawkish lebih lanjut. The Fed secara luas diperkirakan akan menaikkan suku bunga tiga kali lagi dalam 2022. Penguatan dolar dapat berlanjut jika investor mulai mengharapkan suku bunga naik tidak hanya lebih cepat tetapi juga lebih jauh.
Baca juga: Pengetatan Kebijakan Moneter AS Picu Rupiah Dalam Tren Melemah
"Kami mengharapkan suku bunga AS memikirkan kembali, dan pergeseran terbaru dalam hasil yang lebih tinggi ini mencerminkan dorongan yang lebih tinggi dalam tingkat terminal tersirat, daripada hanya laju kenaikan yang lebih cepat pada awalnya, untuk mendukung dolar pada paruh pertama tahun ini," Societe Generale ahli strategi Kit Juckes mengatakan kepada Reuters.
Di tempat lain di Eropa, ekonom yang disurvei oleh Reuters memperkirakan bahwa inflasi zona euro akan jauh lebih tinggi dari yang diperkirakan sepanjang 2022, dibandingkan dengan ekspektasi pada Desember 2021. Hal ini dapat menekan Bank Sentral Eropa untuk memperketat kebijakan moneter begitu penyebaran varian omicron Covid-19 mereda. Selain itu, ketegangan AS-Rusia atas Ukraina juga ada di radar investor. Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken akan bertemu dengan Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov di Jenewa pada hari Jumat.
Editor : Lona Olavia (olavia.lona@gmail.com)
Sumber : Investor Daily
Berita Terkait